×
PENCARIAN
MahasiswaKeren.com
Tempat Aman untuk Menjelajahi
 Pertanyaan Tentang Hidup dan Tuhan
Keberadaan Tuhan

Sesuatu

Ini adalah sebuah kelanjutan dari Apakah Ketiadaan Pernah Ada?

WhatsApp Share Facebook Share Twitter Share Share by Email More PDF

Jika pernah ada Ketiadaan Yang Mutlak, akan selalu ada Ketiadaan Mutlak sampai sekarang. Sejak ada sesuatu (saudara contohnya), berarti bahwa Ketiadaan Yang Mutlak tidak pernah ada. Jika itu pernah ada, saudara tidak aka nada di sini untuk membaca tulisan ini di sini sekarang. Ketiadaan Yang Mutlak aka nada di sini.

Jadi, tidak perah ada Ketiadaan Yang Mutlak. Karenanya, selalu ada sesuatu. Tapi apa? Jika kita kembali kebagian yang sangat awal, apakah Sesuatu yang ahrus ada? Apakah itu lebih dari satu Sesuatu, atau hanya satu? Dan, seperti apakah itu, jika dilihat dengan apa yangada sekarang.

Ayo menjelajah pada persoalan yang pertama yaitu kuantitas terlebih dahulu. Ayo kita pikirkan lagi tentang ruangan luas dan gelap yang tertutup kita. Bayangkan jika ada sepuluh bola tennis di dalamnya. Selama apapun kita menunggu, hasilnya akan selalu sama, hanya akan ada ini: sepuluh bola tennis.

Apa yang terjadi selanjutnya? Katakanlah kita menunggu untuk selama-lamanya. Apakah yang ada dalam ruangan? Masih sepuluh bola tennis itu, bukan? Karena tidak ada kekuatan lain dalam keberadaan. Dan kita tahu bahwa sepuluh bola tennis biasa itu--tidak peduli berapa lama waktu berjalan--tidak bisa menghasilkan yang baru. Atau apapun yang seperti itu.

Baiklah, bagaimana jika ada enam bola tennis untuk memulai? Akankah mengubah situasinya? Tidak, sesungguhnya tidak. Terserah, bagaimana jika ada satu juta bola tennis? Tetap tidak berubah. Semua yang kita dapat hanyalah bola tennis, tidak peduli berapa banyaknya.

Apa yang kita temukan adalah bahwa jumlah bukanlah persoalannya. Apabila kita kembali kepada awal dari semuanya, kuantitas dari Sesuatu yang harus ada tidaklah penting. Atau memang penting?

Buang bola-bola tennis itu. Sekarang, yang ada dalam ruangan adalah seekor ayam. Lalu kita tunggu selama satu tahun. Apa yang ada dalam ruangan? Hanya seekor ayam, bukan? Namun, bagaimana jika kita mulai dengan seekor ayam betina dan seekor ayam jantan? Kemudian, tunggu satu tahun, apa yang kita dapat? Segerombolan ayam!

Jadi, kuantitas itu penting, JIKA di dalam ruangan ada paling tidak dua benda yang dapat menghasilkan benda ketiga. Ayam betina + ayam jantan=anak ayam. Namun, kunatitas tidaklah penting jika kita membicarakan paling tidak dua benda yang tidak dapat menghasilkan benda ketiga. Bola tennis+bola tennis=tidak ada.

Jadi, persoalan tentang kuantitas tidak sebanyak kualitas. Kualitas apakah yang dimiliki oleh Sesuatu? Dapatkah dia membawa benda-benda lain ke dalam keberadaan?

Kembali ke ayam-ayam kita, tapi sekarang lebih pasti dan jelas, karena hal itu sangatlah penting pada permulaan, sangat awal. . Kita punya seekor ayam betina dan seekor ayam jantan dalam ruangan. Mereka berada pada bagian lain dari ruangan. Terpisah dalam ketiadaan. Akankah mereka menghasilkan ayan-ayam lain.

Tidak. Mengapa? Karena tidak ada apapun untuk memenuhi segala persyaratannya. Tidak ada yang lain selain ayam betina dan ayam jantan. Tidak ada air untuk bernafas ataupun terbang, tidak ada tanah untuk berjalan, tidak ada penopang untuk mereka hidup. Mereka tidak dapat makan, berjalan, terbang, ataupun bernafas. Segala sesuatu di sekitar mereka hanyalah ketiadaan.

Jadi, ayam tidak memenuhi syarat. Ayam-ayam tidak dapat ada atau bereproduksi tanpa beberapa persyaratan di sekitarnya. Dengan sebuah lingkungan yang memenuhi persyaratan, mereka dapat menghasilkan ayam-ayam lain. Dan, dengan sebuah lingkungan yang memenuhi syarat yang mempengaruhi mereka, mungkin mereka dapat--walaupun itu terlihat absurd--berubah menjadi suatu jenis ayam yang berbeda berulang kali. Serupa dengan jalan hidup seekor berang-berang atau seekor jerapah.

Jadi, kita punya sebuah ruangan tanpa persyaratan apapun. Karenanya, kita memerlukan Sesuatu yang dapat ada tanpa syarat. Sesuatu yang tidak memerlukan udara, makanan, atau air untuk ada. Hal itu mendiskualifikasikan setiap kehidupan yang sekarang ada di muka bumi.

Jadi, lalu, bagaimana dengan benda-benda mati? Mereka tidak memerlukan sebuah persyaratan, sungguh. Namun kemudian kita berada pada keadaan sulit yang sama yang ada pada saat kita membahas bola tennis tadi. Benda mati tidak menghasilkan apapun. Katakanlah, daripada sekedar bola-bola tennis, saudara punya satu trilliun molekul hidrogen. Apa yang terjadi kemudian? Melalui waktu, saudara masih punya satu triliun molekul hydrogen, tidak lebih.

Selama kita membicarakan benda mati, mari kita juga memikirkan apa yang dia perlukan untuk ada. Pernah mendengar tentang Supercollider? Bertahun-tahun yang lalu pemerintah memulai sebuah percobaan untuk menciptakan benda. Supercollider berada di terowongan bermil-mil di bawah tanah yang mana atom-atom dapat berpindah dengan kecepatan supersonik kemudian bertabrakan satu sama lain, agar dapat menciptakan suatu partikel kecil. Semua itu demi zat yang terkecil, kebanyakan berukuran mikroskopis.

Apa yang kita dapat? Ilustrasi kita tentang sepuluh bola tennis sesungguhnya tidak semudah kedengarannya. Akan memerlukan suatu energi dalam jumlah yang menakjubkan demi membuat satu bola tennis keluar dari ketiadaan. Dan ketiadaanlah yang kita dapat. Ruangan itu benar-benar tidak ada apapun di dalamnya.

Jadi, di sinilah kita. Sesuatu yang ada pada awalnya harus mampu untuk ada tanpa tergantung pada apapun juga. Harus benar-benar mandiri. Karena dia sendirian pada awalnya. Dan dia tidak perlu syarat apapun untuk ada.

Kedua, Sesuatu yang ada pada awalnya harus memiliki kemampuan menghasilkan sesuatu yang lain selain dirinya. Jadi, jika dia tidak dapat melakukannya, jadi Sesuatu itu akan menjadi semua yang ada sekarang. Namun, sesuatu Yang Lain ada sekarang. Saudara contohnya.

Ketiga, untuk menghasilkan Sesuatu Yang Lain--keluar dari ketiadaan--memerlukan sebuah kekuatan yang tak terkira. Jadi, Sesuatu itu harus mempunyai kekuatan besar pada penyelesaiannya. Jika diperlukan bermil-mil koridor dan seluruh energi yang kita bisa daptkan, hanya untuk menghasilkan partikel terkecil, berapa banyak tenaga dibutuhkan untuk menghasilkan zat-zat di alam semesta.

Kembali ke ruangan kita. Katakanlah kita mempunyai suatu bola tennis yang special dalam ruangan. Dia dapat menghasilkan bola-bola tennis yang lain. Dia memiliki kekuatan dan tenaga yang sebesar itu. Dan dia sungguh-sungguh mandiri, tidak memerlukan apapun untuk ada, karenanya semuanya ada padanya. Dia, bola tennis satu ini, adalah sang Sesuatu Yang Abadi.

Katakanlah bola tennis menghasilkan bola tennis lain. Yang manakah di antara keduanya yang kana menjadi lebih besar, katakana, dengan mematuhi WAKTU? Bola nomor satu. Dialah sang Sesuatu Yang Abadi. Dia selalu ada. Bola nomor dua, bagaimanapun juga, ada ketika dihasilkan oleh bola nomor satu. Jadi, satu bola terbatas oleh waktu, yang lain tak terbatas.

Yang manakah diantara keduanya yang mematuhi KEKUATAN? Sekali lagi, bola nomor satu. Dia memiliki kemampuan untuk menghasilkan bola nomor dua keluar dari ketiadaan--yang mana dia juga memilki kemampuan untuk tidak menghasilkan (menghancurkan) bola nomor dua. Jadi bola nomor satu memiliki kekuatan lebih daripada bola nomoe dua. Kenyataannya, selamanya. Bola nomor dua harus bergantung pada bola nomor satu untuk setiap keberadaannya.

Tapi, katamu, bagaimana jika bola nomor satu membagi sedikit kekuatannya dengan bola nomor dua--kekuatan yang cukup untuk menghancurkan bola nomor satu? Lalu bola nomor dua akan menjadi lebih besar, bagi bola nomor satu akan musnah, kan?

Ada sebuah masalah dengan hal ini. Jika bola nomor satu membagi beberapa kekuatannya dengan bola nomor dua, itu tetaplah kekuatan dari bola nomor satu. Pertanyaannya kemudian menjadi: dapatkah bola nomor satu menggunakan kekuatannya sendiri untuk menghancurkan dirinya sendiri? Tidak. Pertama, untuk menggunakan kekuatannya, bola nomor satu harus ada.

Kedua, bola nomor satu sangatlah kuat sehingga segala sesuatu yang bisa dilakukan, dilakukan oleh bola nomor satu. Namun, tidak mungkin bagi bola nomor satu untuk musnah, karenanya dia tidak dapat menyelesaikan hal ini.

Bola nomor satu tidak dapat dimusnahkan, karena bola nomor satu tidak pernah dibuat. Bola nomor satu selalu ada. Dialah sang Sesuatu Yang Abadi. Karenanya, dialah keberadaan. Dia hidup, kekal. Bagi bola nomor satu untuk dihancurkan, dibutuhkan sesuat yang lebih hebat. Tapi, tiada yang lebih hebat dari bola nomor satu, tidak akan pernah. Dia ada tanpa membutuhkan apapun jua. Karenanya tidak dapat diubah oleh kekuatan diluar dirinya. Dia tidak memiliki akhir, karena tidak punya awal. Beginilah caranya dan tidak dapat diubah. Dia tidak dapat musnah, untuk MENJADI adalah sangat alamiah. Dalam hal ini, dia tak tersentuh.

Apa yang kita lihat adalah ini: Sesuatu pada awalnya akan selalu lebih bear daripada Sesuatu yang Lain yang dihasilkannya. Sesuatu ada karena keberadaannya. Sesuatu Yang Lain, memerlukan Sesuatu untuk ada. Karenanya, Sesuatu Yang Lain perlu. Dan kemudian dia lebih lemah terhadap Sesuatu, dan akan selalu begitu, karenanya Sesuatu Yang Abadi tidak memerlukan yang lain.

Sesuatu mungkin mampu untuk menghasilkan Sesuatu Yang Lain yang mirip dengannya pada beberapa sisim namun--tidak peduli apapun--Sesuatu Yang Lain akan selalu berbeda dengannya pada beberapa. Sesuatu Yang Abadi akan selalu lebih besar dengan kepatuhan pada waktu dan kekuatan. Jadi, Sesuatu Yang Abadi tidak dapat menghasilkan persamaan yang tepat pada dirinya sendiri. Dia sendiri selalu ada. Dia sendiri dapat ada secara mandiri.

Ingin mengetahui lebih jauh tentang Sesuatu Yang Abadi? Lihat Siapa.

 Bagaimana memulai sebuah hubungan dengan Tuhan
 Saya ada pertanyaan…

BAGIKAN DENGAN YANG LAIN
WhatsApp Share Facebook Share Twitter Share Share by Email More


Facebook
Facebook